Wednesday, May 03, 2006

Ada Busung Lapar di Kolam Susu

TUHAN senang kepada orang yang takut akan Dia, kepada orang yang berharap akan kasih setia-Nya. (Mazmur 147:11)

Juni lalu kasus busung lapar terkuak. Dan, ibarat wabah, kasus itu muncul di mana-mana. Mula-mula kasus itu ditemukan di sebuah kampung nelayan di propinsi NTB. Kemudian merambat ke hampir seluruh daerah di NTT.
Lalu, terbetik kabar bahwa kasus serupa ada pula di daerah Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, dan Papua. Juga, di kawasan DKI Jakarta. ya, kalau mau diungkapkan secara lebih jujur, kasus itu sudah merembes ke seluruh wilayah Indonesia.
Sungguh ironis, kasus busung lapar terjadi di negara kita, yang dikenal kaya raya. Begitu kaya-rayanya, sampai-sampai grup band Koes Plus mengibaratkannya sebagai ’kolam susu’, ’tanah surga’. Lho, kok ada orang yang menderita busung lapar di kolam susu? Bagaimana mungkin ada orang kurang gizi di negeri di mana ikan dan udang datang menghampiri? Ah, pasti ada yang tak beres dengan orang-orang yang mendiami negeri ini.
Memang, kasus busung lapar sudah diprediksi banyak orang kala negeri ini ditimpa krisis ekonomi berat pada tahun 1998-1999 lalu. Tapi, krisis ekonomi tak bisa dijadikan alasan. Soalnya, krisis serupa terjadi pula di negeri tetangga, seperti Thailand, Filipina, dan Malaysia.
Mengapa krisis ekonomi di sana cepat pulih? Mengapa krisis di sana tak menimbulkan bencana busung lapar? Pasti ada yang tak beres dengan orang-orang yang menjadi pemimpin (politik, sosial, ekonoi, budaya) di negeri ini. Baik yang di tingkat nasional maupun di daerah, dan komunitas.
Tak beres apanya? Ya, macam-macam. Tak beres kecerdasan otaknya, sehingga mereka tak mampu berpikir untuk mencari strategi dan solusi terhadap krisis ekonomi. Tak beres watak dan hatinya, sehingga mereka tak merasa berdosa kala menilep sebagian dari anggaran yang seharusnya dipakai untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Tak beres perasaannya, sehingga mereka tak merasa malu sedikitpun punya perut gendut karena kelebihan gizi, sementara rakyatnya banyak yang buncit perutnya karena kekurangan gizi.
Jadi, kalau mau agar masalah busung lapar diselesaikan, bereskan dulu otak, hati dan perasaan para pemimpinnya. Jika tidak, busung lapar akan kembali terjadi, mungkin dengan wujud yang lain.
Kalau demikian situasinya, Tuhan itu berada di pihak siapa, ya?

Business Wisdom:
Kepemimpinan adalah gabungan strategi dan watak. Jika Anda harus memilih salah satu, silahkan memilih watak. (H. Norman Schwarzkope)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home