Wednesday, May 03, 2006

Kuatir Akan Masa Depan? Ah, Jangan!

Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. (Matius 6:25a)

Masa hidup kita terdiri atas tiga bagian. Masa lampau, masa kini dan masa depan. Makna dan konsekuensinya bagi kehidupan kita amat tergantung bagaimana kita memandang dan memahaminya.. Tentang masa lampau misalnya, jika seseorang tak memandangnya sebagai sebuah pengalaman, maka ia akan menjadi sesuatu yang mencederai masa kini. Banyak kali kenangan kita akan peristiwa di masa lampau dan segala sesuatu yang muncul dari kejadian tersebut tampak amat relevan dengan kehidupan kita masa kini, sekali pun masa kini amat berbeda dari masa lampau.
Jika kita memperlakukan masa kini seperti masa lalu, maka besar kemungkinan kita sedang bertindak keliru. Setiap masalah, tantangan danm situasi masa kini menuntut suatu cara pandang dan pendekatan dan olus yang baru. Jadi, kita boleh memakai pengalaman masa lampau sebagai bahan pertimbangan, tapi solusi untuk persoalan masa kini tetap sesuatu yang berbeda.
Bagaimana dengan masa depan? Ah, itu masa yang belum riil. Salah satu rintangan besar untuk menjalankan hidup secara benar ialah menghabiskan banyak waktu untuk membayangkan dan mencemaskan masa depan.
Banyak orang –termasuk dari kalangan profesional dan businessman- yang begitu mengkuatirkan masa depan sampai-sampai kehilangan sebagian besar energinya untuk menjalani masa kini. Biasanya, ketika memulai suatu bisnis seseorang dibayang-bayangi oleh pertanyaan-pertanyaan sbb: Bagaimana kalau saya gagal? Bagaimana kalau produk atau jasa yang saya hasilkan tak diterima pasar? Atau, bagaimana tak ada kostumer? Bagaimana kalau produk saya tak laku dijual? Dan, bagaimana kalau nanti tak ada pendapatan? Dan, bagaimana jika modal usahaku tak bisa kembali?
Ya, pertanyaan-pertanyaan seperti itu boleh dipertimbangkan sebagai ‘warning’. Tapi, itu tak boleh membuat kita menyerah. Sebab, pada prinsipnya masalah-masalah seperti itu dapat diatasi bila kita merintis bisnisnya dengan suatu visi yang jelas.
Lebih dari itu, sebagai orang Kristiani, kita memang tak punya alasan untuk mengkuatirkan masa depan. Ingat, Tuhan Yesus pernah berkata bahwa setiap kita amat berharga di mata Bapa di surga. Dan, Ia berjanji untuk tak membiarkan sehelai rambut kita jatuh tanpa pengawasanNya. Nah, masih takutkah Anda akan masa depan? Ah, jangan!

Business Wisdom:
Belajarlah dari masa lampau, berencanalah untuk maa depan, dan jalanilah masa kini dengan sungguh-sung! (Duane Alan Hahn)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home