Tuesday, May 02, 2006

Nestor Sulpico

Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, suapa ia dapat membagikan sesuatu kepada orang lain yang berkekurangan. (Efesus 4:28)

Kejujuran, merupakan sikap batin dan kebajikan hidup yang amat mulia lagi maha penting. Kalau direnungkan, sebetulnya banyak sekali kemelut dan krisis yang terjadi di masyarakat kita, muncul justru karena orang tidak berlaku jujur. Contoh paling aktual ialah apa yang terjadi dengan bangsa kita dalam beberapa tahun terakhir. Kita terpuruk dalam krisis multidemensional yang amat parah karena kita sebagai bangsa, terutama elit politik, bisnis dan militer tidak berlaku jujur. Harta dan kekayaan yang semestinya menjadi milik bersama atau milik negara, diembat lalu masuk kantong pribadi, kelompok atau perusahaan sendiri.
Memang, untuk berlaku jujur itu perlu kemauan. Pada Kamis, 19 Agustus lalu, harian Kompas mengutip sebuah berita pendek yang amat bernilai yang dilansir oleh insan pers di Manila, Filipina. Berita itu berbunyi sbb: “Nestor Sulpico (47), sopir taksi warga Amerika Serikat keturunan Filipina. Ia mendadak terkenal. Pada hari Rabu (18/8) Pemerintah Filipina memberikan penghargaan kepadanya. Sebelumnya, ia mendapat pujian dari pemerintah kota New York. Mengapa?
Nestor ternyata memperlihatkan sikap jujur yang luar biasa. Pada 16 Juli silam, seorang penumpang menumpang pada taksinya. Ketika turun, penumpang itu lupa menurunkan tasnya. Setelah berpisah dengan sang penumpang beberapa lama, Nestor menyadari kalau penumpangnya lupa menurunkan tasnya. Nestor memeriksa isi tas tersebut. Ternyata tas tersebut berisikan antara lain perhiasan mutiara hitam seharga 78.000 dollar AS, setara dengan Rp 700 juta lebih. Nestor menceritakan bagaiman ia sempat tergoda untuk mengambil dan menjual mutiara hitam manis itu dan memakai hasilnya untuk membayar uang setoran taksi sebesar 80 dollar AS per hari. Namun, hati nuraninya berhasil menampik godaan tersebut, dan ia memutuskan untuk mengembalikan saja tas itu kepada pemiliknya.
Mendengar kesaksian Nestor, Menteri Pariwisata Filipina Roberto Pagdangan mengimbau rakyat Filipina agar meneladani kejujuran Nestor. “Siapa pun pasti tergiur untuk memiliki mutiara hitam yang mahal itu. Namun kebajikan Nestor membuktikan bahwa ia bukan seorang laki-laki biasa,” katanya.
Pemerintah Filipina memberikan penghargaan kepada Nestor yang sudah 15 tahun menjadi warga AS, berupa tiket penerbangan New York-Manila pulang pergi.
Tak dapat diragukan lagi, melalui perbuatan tersebut, Nestor telah memberikan kesaksian iman yang amat efektif bagi warga dunia. Bahwa, siapa pun tak boleh mengambil apa yang bukan miliknya sebagaimana difirmankan Tuhan melalui Musa.

Business Wisdom:
Saya senang kepada Plato, tapi saya lebih senang kepada kebenaran. (Pepatah Latin)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home