Tuesday, May 02, 2006

“Built to Last”

Sebab kamu tahu, bhwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. (1 Korintus 15:58b)

Membaca literatur bisnis, baik yang klasik maupun yang populer, banyak sekali faedahnya. Paling tidak, memori kita dirangsang untuk mengingat kembali, memahami atau pun menyeleksi apa yang bisa diterapkan untuk berbisnis. Dengan kata lain, aktivitas membaca literatur yang bermutu merupakan model penggalian inspirasi yang efektif, murah, lagi sehat.
Salah satu buku bisnis yang kaya ide ialah "Built to Last: Successful Habits of Visionary Companies," buah pena James C. Collins dan Jerry I. Porras. Buku yang dipublikasikan pertama kali tahun 1994, memang laris manis sehingga direvisi dan dicetak ulang beberapa kali.
Mengapa "Built to Last" laris manis? Alasan yag paling kuat yakni karena, James C. Collins dan Jerry I. Porras menulis tentang perusahaan-perusahan beken di Amerika Serikat (AS) yang punya visi ke depan. Mereka mengupas tuntas soal langkah-langkah untuk ‘menjadi perusahaan yang visioner’ (being a visionary company).
Collines dan Porras pun menyingkapkan rahasia mengapa sejumlah perusahaan AS mencapai usia panjang. Mereka juga mengungkapkan betapa perusahaan-perusahaan itu dikagumi oleh para pendukungnya. Juga soal betapa para konsumen begitu loyal pada produknya, dan bagaimana perusahan-perusahan tersebut mampu bersaing di pentas global.
Bertolak dari riset yang mendalam, kedua penulis itu menyimpulkan, sebuah perusahaan akan dapat bersaing secara global bila manajer dan seluruh stafnya suka berkerja keras, berdedikasi, dan berkomitmen untuk meraih perningkatkan kinerja, serta ter us-menerus melakukan inovasi produk sehingga mampu menjawabi kebutuhan konsumen di masa depan.
Namun Collins dan Porras berhasil mengidentifikasikan dua karakater utama yang mendorong terciptanya perusahaan yang visioner. Yakni bahwa perusahaan memiliki, pertama, apa yang disebut sebagai core ideology. Ideologi inti itu terdiri atas nilai-nilai utama (core values), dan sebuah tujuan utama yaitu menghasilkan uang. Perubahan waktu dan perubahan strategi hendaknya tidak boleh mengubah idiologi inti tersebut. Kedua, visi yang jauh ke depan dan tujuan yang jelas, dan selalu tergerak untuk mewujudkan visi dan tujuan tersebut.
Kitab Suci amat sering berbicara mengenai visi ke masa depan dan idiologi inti Kristiani yaitu hidup bersekutu dalam persekutuan abadi dengan Allah, Bapa di surga. Pesan utamanya, setiap umat Krisitani mesti selalu mempersatukan diri dengan Tuhan, agar dapat mengalami kepenuhan hidup atau hidup abadi bersama Allah di surga.

Business Wisdom:
Kapal yang berlayar tanpa tujuan, tak akan pernah sampai di mana pun. (Anonim)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home