Wednesday, May 03, 2006

Guru & ‘Batu Besar’

Tetapi carilah kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu. (Lukas 12:31)

Saya pernah membaca sebuah kisah yang secara ringkas bisa digambar sbb: Seorang guru memperlihatkan sebuah beberapa kantong. Kantong pertama berisikan batu-batu besar. Kantong kedua berisikan kerikil. Dan kantong ketiga berisi pasir. Ia berniat memindahkan isi ketiga kantong itu ke sebuah ember kosong. Mula-mula ia mengisi ember itu dengan batu besar dari kantong pertama. Setelah mengisi ember itu penuh dengan batu-batu besar, ia bertanya kepada para muridnya. Dan, semua murid serempak menjawab, “ya sudah penuh!”
Tapi guru itu menjawab, “Ah, kalian keliru. Cobalah ambil kerikil dari kantong kedua. Isilah ke dalam ember itu. Masih ada tempat yang belum terisi bukan? Setelah ember itu penuh dengan batu besar dan kerikil, sang guru bertanya lagi. “Apakah ember itu sudah penuh? Para murid yang mulai sedikit lebih bjiksana menjawab, “belum.” Ada yang menjawab, ‘sudah.” Tapi ada juga yang bersikap ragu-ragu.
Kemudian, sang guru mengambil kantong ketiga yang berisi pasir. Ia menuangkan pasir itu ke dalam ember, menggocang-goncangkannya, dan menuangkan pasir itu hingga ember itu penuh. Setelah itu sang guru bertanya lagi, apakah sekarang ember sudah penuh? “Semua menjawab, ‘ya sudah penuh’. Sang guru pun menjawab murid-muridnya, “Sekarang kalian benar!”
Kisah di atas memberi pesan bahwa ‘batu besar’ memang harus diutamakan. Kebenaran yang sama berlaku pula dalam pembicaraan soal prioritas. Batu besar kita mesti dicatat lebih dahulu dalam kalender kehidupan kita. Jika kita lebih dahulu memasukan ‘pasir kita’ maka hampir dapat dipastikan ‘batu besar’ kita tak akan tertulis dalam kalender kehidupan kita.
Tapi, pertanyaan sekarang, "apakah yang mesti menjadi ‘batu besar’ kita? Tentu, setiap orang punya daftar batu besar yang berbeda. Namun, secara pribadi saya berpendapat bahwa urutan mestinya mengalir dari yang terbesar ialah ‘iman’, keluarga, martabat diri, relasi sosial dan lingkungan.
Iman mesti menjadi prioritas utama karena Allah adalah sumber dari kehidupan kita. Dia menciptakan, memelihara dan menyelematkan kita.

Business Wisdom:
Dahulukan Tuhan, bahagia kemudian.(Magareth Fishback Powers)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home